Posted by : Unknown
22 April 2013
Individu,
Kelompok dan Kelembagaan
Kegiatan belajar 1
A.
Manusia Sebagai Individu
Individu
berhubungan dengan orang perorangan atau pribadi, berarti individu bertindak
sebagai subjek yang melakukan suatu hal, subjek yang memiliki pikiran, subjek
yang memiliki keinginan, subjek yang memiliki kebebasan, subjek yang memberi
arti (meaning) pada sesuatu, subjek
yang mampu menilai tindakan sendiri dan tindakan orang lain.
Seseorang
dilahirkan sebagai suatu sistem yang tidak dapat dipisah-pisahkan (individe)
antara sub sistem jasmani dan subsistem rohani. Dia lahir sebagai “Individu”
yang memiliki kelengkapan fisik-biologis dan potensi-potensi psikologis yang
berkembang dan dapat dikembangkan.
Kesempurnaan
perangkat fisik biologis seseorang sangat berpengaruh terhadap kondisi mental
psikologisnya. Sebaliknya, kesehatan pada mental-psikologis sangat berpengaruh
terhadap kondisi fisik-biologis individu bersangkutan. Walaupun terdapat
penyimpangan dari hubungan fungsional tersebut merupakan kasus yang sangat
kecil frekuensinya.
Secara
biologis, pengaruh gen yang diwariskan orang tuanya atau bahkan leluhur
sebelumnya sangat mempengeruhi kelahiran individu. Kesempurnaan atau kecacatan
pada gen, menjadi warisan biologis yang terbawa waktu lahir, dan akan tumbuh
berkembang di hari-hari selanjutnya.
Untuk
melahirkan individu yang normal, selain dipengaruhi oleh gen yang menjadi
warisan biologisnya juga sangat tergantung pada kondisi yang sehat ditempat
calon individu itu dilahirkan. Kondisi sehat yang dimaksud adalah kondisi
pranatalis di dalam rahim ibu. Kerena itu, seorang ibu yang sedang hamil sangat
penting menjaga kesehatannya, makan makanan yang bergizi, berolahraga yang
sesuai, berada dalam ketenangan batin, dan selalu memeriksakan kandungan secara
teratur pada dokter untuk menjamin dan mendapatkan anak yang sehat, baik
fisik-biologisnya maupun mental-psikologisnya.
Untuk
menjadikan anak sebagai individu yang sehat diperlukan lingkungan yang sehat
dalam arti seluas-luasnya. Salah satu lingkungan yang sehat adalah lingkungan
pendidikan. Melalui pendidikan, individu dapat terbina dan terlatih potensinya
sehingga dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang memiliki SDM
berkualitas, baik aspek fisik-biologisnya maupun mental-psikologisnya.
Secara
pribadi, ia memiliki otonomi untuk menentukan jalan hidupnya. Namun, sebagai
makhluk sosial budaya, ia dipengaruhi oleh lingkungannya. Karena itu, menurut
Nursid Sumaatmadja (1998) “Kepribadian merupakan keseluruhan perilaku individu
yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal yang
terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental-psikologisnya, jika mendapat
rangsangan dari lingkungan”.
Seseorang yang
memiliki kepribadian, dapat diikiti bagan berikut :
1.
Keinginan manusia untuk menjadi satu dengan
manusia lain disekelilingnya (masayarakat)
2.
Keinginan untuk menjadi satu dengan alam
sekelilingnya.
Naluri manusia
untuk selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai “gregariousness”. Karena
itu, manusia juga disebut sebagai “social animal”, yaitu “hewan sosial” yang
mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama.
Dalam mengembangkan
keinginnannya, manusia akan saling berinteraksi secara komplementer dan imbal
balik. Sebagai akibat dari hubungan – hubungan yang terjadi di antara
individu-individu (manusia) ini maka lahirlah kelompok-kelompok sosial (social
groups) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama, dimulai dari
kelompok sosial terkecil, yaitu keluarga, masyarakat hingga suatau bangsa.
B.
Kelompok
Sosial
Kebutuhan
Manusia untuk saling berhubungan akan melahirkan kelompok-kelompok sosail dalam
kehidupan. Untuk dikatakan sebagai kelompok social terdapat syarat-syarat
tertentu yang dikemukakan oleh Soekanto : 1982 sebagai berikut:
1.
Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut
bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan
2.
Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang
satu dengan lainnya dalam kelompok itu.
3.
Adanya satu factor yang dimiliki bersama oleh
anggota kelompok yang bersangkutan yang merupakan unsur pengikat atau
pemersatu. Faktor tersebut dapat berupa: nasib yang sama, kepentingan bersama,
tujuan yang sama ataupun ideology yang sama.
4.
Bersturktur, berkaidah, dan mempunyai pola
perilaku.
Yaitu proses yang menurut Buhler (1968:172) disebut sebagai : “proses
yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara
hidup dan berfikir kelompoknya agar ia dapat berperan serta berfungsi bagi
kelompoknya”. Sistem perilaku ini akan menentukan dan membentuk sikap
(attitude) terhadap sesuatu. Selanjutnya, marilah kita lihat macam-macam
kelompok sosial.
1.
Klasifikasi
Tipe – tipe Kelompok Sosial
a.
Klasifikasi kelompok social berdasarkan derajat
interaksi social pada kelompok yang bersangkutan, seperti: kelurga, rukun
tetangga, desa, kota, koperasi dan Negara.
b.
Kalsifikasi berdasarkan ukuran derajat
organisasi yang terdiri dari kelompok yang terorganisasi dengan baik sekali
seperti Negara sampai pada kelompok yang hampir tak terorganisasi seperti
kerumunan.
c.
Klasifikasi berdasrkan jumlah anggota, cara
individu mempengaruhi kelompoknya, serta interaksi social dalam kelompoknya.
2.
Kelompok
Sosial dipandang dari sudut Individu
Pada pembagian ini dapat dilihat dari keterlibatan individu dengan
kelompo social di mana ia tinggal, apakah dalam masyarakat yang masih sederhana
atau dalam struktur masyarakat yang sudah kompleks.
Kelompok –kelompok social tersebut biasanya didasari oleh
kekerabatan,usia,sex,dan pekerjaan atau kedudukan yang akan menempatkan
individu pada prestige tertentu sesuai adat dan kebiasaan masyarakat di
sekitarnya.
3.
In
Group dan Out Group
Konsep in group dan out group merupakan pencerminan dari adanya
kecenderungan sikap “etnocentrisme” dari individu-individu dalam proses
sosialisasi sehubungan dengan keanggotaannya pada kelompok-kelompok social,
yaitu suatu sikap dalam menilai kebudayaan lain dengan menggunakan
ukuran-ukuran sendiri (Polak,1966). Sikap-sikap tersebut cenderung membuat
perbedaan yang dibuat oleh individu dalam mewujudkan kelompok-kelompok social.
Sikap in group biasanya didasari oleh perasaan simpati. Sementara Out
group didasari suatu kelamin dengan wujud antagonism atau antipasti.
In Group dan Out Group dapat ditemui pada seluruh masyarakat, bsik pada
masyarakat sederhana maupun yang komplek.
4.
Primary
Group dan secondary Group
- Prymary group
Charles
Horton Cooley dalam “Social Organization” yang dikutip oleh Soekanto (1984 :
120) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang luas dan fundamental dalam
klasifikasi kelompok-kelompok sosial bila menyangkut perbedaan antara
Kelompok-kelompok kecil dengan kelompok-kelompok yang lebih besar. Primary
Group adalah kelompok-kelompok yang ditandai cirri-ciri kenal-mengenal antara
anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi.
Pendapat Selo
Soemarjan dan Soemardi dalam “Setangkai Bunga Sosiologi” (1964 : 401)
menyatakan bahwa primary group merupakan kelompok-kelompok kecil yang permanen
berdasarkan saling mengenal secara pribadi diantara anggotanya. Perlu digarisbawahi
dalam kehidupan dalam keharmmonisan awal kehidupan kelompok kecil tidaklah
mutlak sifatnya. Namun, meski terjadi pertentangan-pertentangan semuanya
bertujuan bagi kepentingan kelompo. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
primary group merupakan kelompok-kelompok kecil yang agak langgeng (permanen)
dan berlandaskan sifat saling kenal – mengenal secara pribadi antara anggota –
anggotanya.
Konsep Davis
(1960 : 290) tentang primary group lebih memeprjelas penadapat Colley dengan
menggarisbawahi ciri-ciri utama sebagai berikut.
1. Kondisi-kondisi
fisik
Sifat kenal
mengenal dan kedekatan secara fisik memberikan kemungkinan bagi terbentuknya
primary group akan tetap tidak terlepas dari keberdayaan yang ada pada
masyarakat yang bersangkutan.
2.
Sifat hubungan primer
Salah satu
sifat utama dari hubungan-hubungan primer adalah adanya kesamaan tujuan dari
individu-individu yang bersangkutan. Salah satu tujuan tersebut yaitu hubunagn
antara individu-individu yang bersifat pribadi, spontan sentimental dan
inklusif.
3.
Kelompok-kelompok yang konkret dalam hubungan
primer
Dalam
kenyataan tidak ada primary group yang memenuhinya secara sempurna. Hal
tersebut dapat terlihat dalam setiap masyarakat terdapat norma-norma dan nilai
sosial yang bersifat memaksa yang akan mempengaruhi hubungan-hubungan primer.
b. Secondry group
Cooley belum pernah secara tegas
menggunakan istilah secondry group. Rouceeck dan Warren dalam sosiologi an
introdaktions (1962:46) ibatsi pengertian secondary group sebagai kelompok
-kelompok bersaryang terdiri banyak orang antara siapa hubungannya tak perlu
berdasarkan kena;l mengenal secara privbadi dan sifatnya tidak begitu langgeng,
cirri-cri primer group, yaitu tujuan yang sama dan factor derajat kalangan
tertentu. Contoh dari hubungan sekunder yang lebih riil adalah suatu kontrak
misalnya dalam jaual beli. Tujuan hubngan adalah terlaksananya kontrak. Dalam
hubunan antarmanusia tidak mungkin semata-ata didasarkan pada kontrak semacam
itu. Syarat dari primary group dan secondry group saling isi mengisi dan tidak
dapat dipisah-pisah secara mutlak.
5. Gemeinschaft dan Gesselschaft
Hubungan-hubngan positif
antarmanusia menurut Ferdinand Tonnies, selalu bersifat gemeinschaft dan
gesselchaft. Dalam reading in Sociology (1960 :82) Tonnies dan Loomis
menyatakan bahwa gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya
diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan
tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan.
Sementara gesselchaft merupakan
kebalikannya, yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu
yang pendek, bersifat imajiner, dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana
terdapat dalam sebuah mesin. Wessenwile merupakan bentuk kemauan yang
dikodratkan dengan dasar perasaan dan akal yang merupakan kesatuan dan terikat
pada kesatuan yang alamiah dan organis. Pandangan tonnies tentang gemeinschaft
dan gesselchaft dapat dibandingkan dengan pendapat Emile Durkheim yang
mengambil dasar pembagian kerja dalam asyarakat sebaai pembeda. Haltersebut
menggambarkan suatu organism yang merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan di mana jika salah satu bagian mengalami kerusakan, akan
mempengaruhi kelangsungan organism secara keseluruhan, akan mempengaruhi
kelangsungan organism secara keseluruhan, struktur tersebut oleh Tonnies
disebut sebagai struktur organis, Tonnies mengemukakan beberapa cirri dari
gemeinschaft sebagai berikut.
Intimate : yaitu hubungan menyeluruh yang mesra
sekali
Private :
yaitu hubungan yang bersifat pribadi khusus untuk beberapa orang saja
Exclusive :
yaitu bahwa hubungan yang terjadi hanya untuk “kita” saja dan tidak untuk
orang-orang di luar “kita” (Soekanto, 1982 : 130)
Selanjutnya, berikut ini Tonnies
menyatakan ada 3 tipe gemeinschaft.
Gemeinschaft by blood : yaitu ikatan berdasarkan pada keturunan ikatan darah, contoh :
keluarga, kelompok, kekerabatan
Gemeinschaft of place : ikatan yang berasal dari kedekatan tempat tinggal contoh RT
dan RW
Gemeinschaft of mind : Ikatan yang berdasarkan diri pada jiwa dan pikiran yang sama
berdasarkan kesamaan ideology
6. Formal Group dan Informal Group
Formal group merupakan
kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan tegas yang sengaja
diciptakan untuk mengatur hubungan diantara anggotanya. Contohnya: perkumpuan
sarjlan pelajar, himpunan wanita, persatuan sarjana. Sedangkan informal group
tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti. Informal Group berbentuk biasanya
oleh pertemuan yang berulangkali antara orang-orang yang mempertahankan
kepentingan dan pengalaman bersama. Contohnya : klik (clique) yang merupakan
bentuk kecil tanpa struktur formil.
7. Kelompok-kelompok Sosial yang Tidak Teratur
a.
Kerumunan
Kerumunan (crowd) merupakan suatu
kerumunan yang bersifat sementara, tidak terorganisasi dan tidak mempunyai
system pembagian kerja maupun pelapisan social. Cirri-ciri dari kerumunan:
1.
Interaksi dalam kerumunan bersifat spontan
2.
Orang-orang yang berkumpul mempunyai kedudukan
yang sama
Sebagai contoh : dalam kerumunan
orang di stasiun, dosen, mahasiswa, buruh, pedagang, maupun yang lainnya,
mempunyai kedudukan yang sama sebagai calon penumpang kereta api. Ada bebrapa
macam kerumunan, sebagai berikut.
1.
Kerumunan formal
2.
Kerumunan ekspresif
3.
Kerumunan sementara
4.
Kerumunan orang panic
5.
Kerumunan penonton
6.
Kerumunan yang berlawanan dengan hukum
b.
Publik
Public merupakan kelompok yang
tidak merupakan kesatuan. Interaksi yang terjadi berlangsung melalui alat-alat
komunikasi pendukung seperti pembicaraan berantai secara individual, media
massa maupun kelompok.
8. Masyarakat Pedesaan (Rural Community) dan
Masyarakat Perkotaan (Urban Community)
a.
Masyarakat setempat (Community, Komunitas)
Community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat
setempat”, yang dapat menunjukkan warga sebuah kota, desa, suku, atau bangsa.
Unsur-unsur community sentiment menurut Mac Iver dan Page (1960:239) antara
lain : seperasaan, sepenanggungan, dan saling memerlukan. Adapun tipe-tipe dari
masyarakat setempat menurut Davis (1960:313), di antaranya dapat digolongklkan
dengan menggunakan empat criteria sebagai berikut.
1.
Jumlah penduduk
2.
Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah
pedalaman
3.
Fungsi-fungsi kusus dari masyarakat setempat
terhadap seluruh organisasi masyrakat yang bersangkutan.
Kriteria tersebut digunakan untuk
membedakan jenis-jenis masyarakat setempat yang sederhana dan modern,
masyarakat pedesaan, dan perkotaan.
b.
Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
Pada kehidupan masyarakat modern
sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dalam
bentuk “rural community” dan “urban community”. dilihat dari sudut pemerintahan
hubungan antara penguasa denga rakyat berlangsung secara tidak resmi, dimana
segala sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama dilaksanakan secara
musyawarah.
Bebrapa ciri lain yang menonjol antara masyarakat pedesaan
dan perkotaan diantaranya yang dikemukakan oleh Soekanto (1982: 149):
1.
Kehidupan Keagamaan
Kecenderungan
bagi masyaraklat desa mengarah pada kehidupan agamis (religious trend),
sedangkan pada kehidupan orang – orang kota mengarah pada keduniawian (Seculer
trend).
2.
Kemandirian
Pada masyarakat,
biasanya tidak terlalu bergantung pada
orang lain.
3.
Pembagian Kerja
Pada Masyarakat
perkotaan pembagian kerja lebih tegas dan jelas sehingga mempunyai batas-batas
nyata.
4.
Peluang memperoleh pekerjaan
Dengan adanya
system pembagian kerja yang tegas maka kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan
lebih banyak pada masyarakat kota disbanding warga pedesaan.
5.
Jalan Pikiran
Pola piki
rasional pada masyarakat perkotaan kemungkinan terjadinya interaksi
berlandaskan kepntingan dan bukan factor pribadi.
6.
Jalan Kehidupan
Dengan jalan
kehidupan yang cepat bagi warga kota menempatkan dihargainya faktior waktu
dalam mengajar kehidupan individu.
7.
Perubahan Sosial
Pada masyarakat
kota kemungkinan perubahan social lebih berguna disbanding warga desa karena
mereka lebih terbuka bagi adanya perubahan.